Setahun setelah merayakan gelar Liga Champions ke-15, Real Madrid menghadapi masa-masa sulit yang menandai perubahan besar dalam sejarah klub legendaris tersebut.
Musim 2024/2025 menjadi babak kelam bagi Los Blancos, yang berakhir dengan tangan hampa tanpa satu pun gelar besar, bahkan harus menelan kekalahan memalukan dari rival abadi Barcelona di beberapa laga krusial. Simak terus ulasan menarik dari kami tentang sepak bola internasional dan tentu saja telah kami rangkum di MADRID INFO.
Kabar Gembira bagi pecinta bola, khususnya Timnas Garuda. Ingin tau jadwal timnas dan live streaming pertandingan timnas? Segera download!
Revolusi Besar Real Madrid di Santiago Bernabeu
Setelah sukses besar di musim sebelumnya, realitas pahit segera muncul ketika Carlo Ancelotti, pelatih yang membawa Madrid meraih banyak prestasi, termasuk gelar Liga Champions dan La Liga, menyatakan pamit. Xabi Alonso, mantan pemain legendaris klub, ditunjuk sebagai pelatih baru dengan harapan membawa angin segar dan membangun kembali dominasi tim yang mulai goyah.
Selain itu, kedatangan Trent Alexander-Arnold disiapkan untuk memperkuat pertahanan yang rapuh, namun tantangan yang dihadapi Alonso tidak ringan. Dengan potensi kepergian beberapa pilar utama, musim yang akan datang bakal menjadi ujian nyata untuk proyek baru ini. Kehadiran Kylian Mbappe sebagai bintang baru diharapkan menjadi revolusi ofensif untuk Los Blancos.
Catatan individu Mbappe memang luar biasa dengan 42 gol di semua kompetisi dan gelar Pichichi sebagai top scorer, namun ambisinya tidak sejalan dengan performa tim secara keseluruhan. Ancelotti gagal menciptakan keharmonisan antara “Fantastic Four” yang terdiri dari Mbappe, Vinicius Jr, Rodrygo, dan Bellingham. Alih-alih melakukan rotasi yang memberi kesempatan jeda pada pemain utama, ia memaksakan keempatnya bermain bersamaan.
Sering membuat Madrid kehilangan keseimbangan di lini tengah dan mengorbankan stabilitas tim. Lebih jauh lagi, minimnya pemanfaatan talenta muda seperti Arda Guler dan Endrick menjadi kesalahan strategis yang mahal bagi klub. Padahal, regenerasi yang baik merupakan kunci keberlanjutan tim besar seperti Madrid. Hal ini menunjukkan kurang optimalnya pengelolaan skuad untuk jangka panjang.
Lini Belakang yang Rapuh dan Manajemen yang Lemah
Masalah pertahanan menjadi fokus utama yang gagal diatasi sepanjang musim. Rapuhnya barisan belakang mulai terlihat jelas sejak awal musim dan tetap berlanjut hingga akhir. Cedera berkepanjangan menimpa beberapa bek vital seperti Dani Carvajal, Eder Militao, David Alaba, dan Ferland Mendy, yang melemahkan struktur pertahanan secara signifikan.
Meski demikian, manajemen klub enggan melakukan pergerakan di bursa transfer Januari untuk mencari pengganti yang tepat, sehingga memperparah kondisi tim. Ancelotti pun dianggap tidak mengambil langkah taktis yang cukup tegas, seperti memasang formasi lebih defensif demi menjaga keseimbangan.
Akibatnya, di pertandingan-pertandingan penting seperti kekalahan memalukan 1-5 dari Arsenal di Liga Champions dan dua kali dihajar Barcelona dengan skor telak. Kelemahan pertahanan menjadi celah fatal bagi Madrid. Ini adalah kali pertama sejak musim 1982/1983 Barcelona mampu mengalahkan Madrid sebanyak empat kali dalam satu musim. Menandakan betapa rapuhnya pertahanan Los Blancos saat ini.
Baca Juga: Reaksi Hansi Flick Terhadap Pengangkatan Xabi Alonso Sebagai Pelatih Real Madrid
Kegagalan di Semua Laga Penting dan Dampaknya
Musim 2024/2025 menjadi salah satu periode terburuk Madrid dalam beberapa tahun terakhir. Mereka gagal mempertahankan gelar La Liga dan Liga Champions. Kalah di final Copa del Rey, dan dipermalukan oleh Barcelona dalam beberapa pertemuan penting.
Kekalahan telak 0-4 di Bernabeu dan 2-5 di Supercopa de Espana ditekankan sebagai bukti kelemahan yang nyata dan ringkihnya pertahanan Madrid. Kegagalan ini tidak hanya menjadi pukulan moral, tapi juga menandakan hilangnya dominasi tim di panggung domestik dan Eropa.