Carlo Ancelotti dan Perjalanan Karier Gemilang di Real Madrid

Bagikan

Carlo Ancelotti, dijuluki “Carletto” di Italia dan “Don Carlo” di Spanyol, sebagai salah satu manajer sepak bola terhebat sepanjang masa.

Carlo Ancelotti dan Perjalanan Karier Gemilang di Real Madrid

Pria kelahiran 10 Juni 1959 iniadalah seorang manajer sepak bola profesional asal Italia dan mantan pemain yang saat ini menjadi manajer Real Madrid. Ancelotti adalah manajer paling sukses dalam sejarah Liga Champions UEFA, setelah memenangkan trofi tersebut sebanyak rekor lima kali, ditambah dua kali lagi ketika ia menjadi pemain.

Ia juga merupakan satu-satunya orang yang pernah melatih tim di enam final Liga Champions. Jika anda ingin mencari informasi terkini dari sepak bola, kami sarankan untuk mengunjungi link MADRID INFO.

Kesuksesan Sebagai Pemain

Carlo Ancelotti memulai kariernya sebagai pemain sepak bola profesional pada tahun 1976 bersama Parma, setelah sebelumnya menimba ilmu di akademi klub tersebut sejak 1974. Debutnya di tim utama Parma terjadi di Serie C, kompetisi kasta ketiga di Italia, pada usia 18 tahun. Di bawah asuhan pelatih Cesare Maldini, Ancelotti mulai menunjukkan bakatnya sebagai seorang gelandang serang yang memiliki kemampuan mencetak gol yang baik.

Ia seringkali ditempatkan sebagai pemain di belakang striker atau sebagai striker kedua, memaksimalkan kemampuannya dalam mengeksekusi peluang di depan gawang. Performa impresif Ancelotti bersama Parma menarik perhatian klub-klub besar Italia, dan pada tahun 1979, ia bergabung dengan AS Roma. Di bawah asuhan pelatih Nils Liedholm, Ancelotti terus mengembangkan permainannya dan menjadi salah satu pemain kunci di lini tengah Roma.

Ia berhasil membawa Roma meraih berbagai gelar, termasuk empat gelar Coppa Italia (1980, 1981, 1984, dan 1986) serta satu gelar Serie A pada tahun 1983, yang merupakan gelar liga kedua dalam sejarah klub. Setelah delapan musim yang sukses bersama Roma, Ancelotti pindah ke AC Milan pada tahun 1987.

Di Milan, ia menjadi bagian dari tim legendaris yang dilatih oleh Arrigo Sacchi, yang dikenal dengan gaya bermain menyerang dan pressing ketat. Bersama pemain-pemain bintang seperti Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard, Ancelotti berhasil memenangkan dua gelar Piala Eropa (1989 dan 1990), dua Piala Super Eropa, dua Piala Interkontinental, dan satu gelar Serie A.

Nikmati pengalaman menonton bola terbaik dengan download aplikasi ShotsGoal. Streaming tanpa iklan, update skor langsung, serta berita eksklusif Timnas Indonesia ada di sini.

Perjalanan Karier Internasional

Carlo Ancelotti memulai debutnya di tim nasional Italia pada tanggal 6 Januari 1981 dalam ajang Gold Cup, sebuah turnamen yang mempertemukan para juara Piala Dunia. Pertandingan debutnya tersebut melawan Belanda berakhir dengan skor imbang 1-1. Dimana Ancelotti berhasil mencetak gol pertamanya dan satu-satunya bagi Gli Azzurri.

Cedera lutut yang parah membuatnya absen dari skuad Italia yang kemudian berhasil menjuarai Piala Dunia 1982. Ancelotti menjadi bagian dari skuad Italia pada Piala Dunia 1986, meskipun tidak tampil dalam satu pertandingan pun. Ia juga menjadi anggota kunci tim Italia yang mencapai semifinal UEFA Euro 1988.

Sayangnya, cedera pada meniskus lutut kanannya menghalanginya untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Panas di Seoul pada tahun yang sama. Pada usia 31 tahun, Ancelotti bermain di Piala Dunia 1990 di tanah kelahirannya. Cedera yang didapatnya dalam pertandingan grup pertama melawan Austria membatasi penampilannya hanya dalam tiga pertandingan. Ia kembali bermain dalam pertandingan perebutan tempat ketiga melawan Inggris, membantu Italia meraih kemenangan 2-1.

Awal Karier Manajerial

Awal Karier Manajerial

Setelah gantung sepatu sebagai pemain, Carlo Ancelotti memulai karier kepelatihannya dengan mengambil studi kepelatihan di Coverciano, Italia. Ia menulis artikel penelitian berjudul “Il Futuro del Calcio: Piu Dinamicita” (Masa Depan Sepak Bola: Lebih Dinamis), yang mencerminkan pemikirannya tentang sepak bola. Ancelotti kemudian menjadi asisten manajer tim nasional Italia di bawah asuhan mantan pelatihnya di Milan, Arrigo Sacchi, dari tahun 1992 hingga 1995.

Ia turut membantu timnas Italia mencapai final Piala Dunia 1994. Langkah pertamanya sebagai manajer utama adalah bersama Reggiana di Serie B pada musim 1995–96. Di sana, ia langsung menunjukkan kemampuannya dengan membantu tim promosi ke Serie A.

Setelah satu musim bersama Reggiana, dengan catatan 17 kemenangan, 14 hasil imbang, dan 10 kekalahan, Ancelotti memutuskan untuk mencari tantangan baru. Pada musim berikutnya, Ancelotti bergabung dengan Parma. Tim yang sebelumnya menikmati kesuksesan di bawah Nevio Scala dan memiliki pemain-pemain muda berbakat seperti Gianluigi Buffon dan Fabio Cannavaro.

Ancelotti menerapkan formasi 4–4–2 yang terinspirasi dari Sacchi. Meskipun awalnya mengalami kesulitan dalam mengakomodasi pemain-pemain kreatif seperti Gianfranco Zola. Ia berhasil membawa Parma finis di posisi kedua Serie A pada musim 1996–97. Hasil ini memastikan tempat Parma di Liga Champions UEFA musim berikutnya.

Baca Juga: Wasit yang Rugikan Real Madrid Diselidiki, Apakah Terancam Hukuman Skors 5 Tahun?

Kesuksesan Bersama AC Milan

Carlo Ancelotti diangkat menjadi pelatih AC Milan pada 5 November 2001, menggantikan Fatih Terim. Ia mewarisi tim yang sedang mengalami kesulitan setelah terakhir kali meraih Scudetto pada tahun 1999. Pada musim 2001–02, Ancelotti berhasil membawa Milan lolos ke Liga Champions dengan finis di posisi keempat Serie A.

Selain itu, mereka mencapai semi-final Piala UEFA, yang merupakan pencapaian terbaik mereka dalam kompetisi tersebut. Musim berikutnya, Ancelotti melakukan perubahan signifikan dalam tim. Termasuk menjadikan Dida sebagai kiper utama dan mengubah posisi Andrea Pirlo menjadi gelandang bertahan.

Dengan formasi 4–3–1–2 atau 4–1–2–1–2, Milan berhasil memenangkan Liga Champions 2003, mengalahkan Juventus melalui adu penalti di Old Trafford. Mereka juga memenangkan Coppa Italia 2003 dengan mengalahkan AS Roma. Pada musim 2003–04, dengan tambahan Kaka di lini tengah, Milan semakin dominan.

Mereka memenangkan Piala Super UEFA 2003 dan meraih Scudetto dengan rekor 82 poin dari 34 pertandingan. Meskipun demikian, mereka mengalami kekalahan dalam adu penalti di Supercoppa Italiana 2003 dan Piala Interkontinental 2003. Serta tersingkir dari Liga Champions UEFA 2003–04 oleh Deportivo de La Coruna.

Gaya Manajerial dan Filosofi

Gaya manajerial Carlo Ancelotti dikenal karena fleksibilitas dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan pemain yang berbeda. Ia menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang positif dan suportif bagi para pemainnya, serta memberikan mereka kebebasan untuk mengekspresikan diri di lapangan.

Ancelotti juga dikenal karena kemampuan taktisnya yang cerdas, yang memungkinkannya untuk memaksimalkan potensi timnya. Formasi 4-3-3 sering menjadi pilihannya, terutama saat kembali ke Real Madrid, dengan tujuan memaksimalkan kemampuan dribbling para penyerang sayap.

Kembali Ke Real Madrid

Carlo Ancelotti secara mengejutkan kembali ke Real Madrid pada Juni 2021. Pada periode keduanya ini, ia berhasil mempersembahkan dua gelar ganda La Liga dan Liga Champions, masing-masing pada tahun 2022 dan 2024. Keberhasilan ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pelatih tersukses dalam sejarah klub.

Pada 18 Desember 2024, Ancelotti mencatatkan sejarah dengan menjadi pelatih Real Madrid yang paling sukses, melampaui rekor yang sebelumnya dipegang oleh Miguel Muñoz. Kemenangan 3-0 atas Pachuca di final Intercontinental Cup mengantarkannya meraih trofi ke-15 bersama klub.

Gelar ini menambah koleksi prestasinya yang meliputi tiga trofi Liga Champions. Dua gelar La Liga, dua Copa del Rey, dua Piala Super Spanyol, tiga Piala Super UEFA, dua Piala Dunia Antarklub, dan satu Intercontinental Cup. Pencapaian Ancelotti ini mendapat pujian dari para pemainnya. Termasuk Vinicius Junior yang mengakui kebebasan yang diberikan oleh sang pelatih sebagai faktor penting dalam kesuksesan tim.

Dengan kontrak yang berlaku hingga Juni 2026, Ancelotti memiliki peluang untuk terus menambah koleksi gelarnya bersama Real Madrid. Masih berpeluang meraih gelar di Supercopa de Espana, Liga Champions UEFA, Copa del Rey, dan La Liga. Ia telah memenangkan La Liga dua kali, pada 2022 dan 2024, Copa del Rey pada 2014 dan 2023, dan Liga Champions tiga kali, pada 2014, 2022, dan 2024.